Saturday, 12 August 2017

Profil Lengkap Banyuwangi

1. Gambaran Umum Kondisi Daerah
 

Pada bagian menyajikan beberapa data dalam menggambarkan kondisi daerah Kabupaten Banyuwangi berkaitan dengan aspek geografis dan demografis, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.
 
2. Luas Wilayah dan Batas Wilayah 
 

Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur Pulau Jawa. Wilayah daratannya terdiri atas dataran tinggi berupa pegunungan yang merupakan daerah penghasil produk perkebunan dan dataran rendah dengan berbagai potensi produk hasil pertanian serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut.

Gambaran lebih jelas mengenai batas-batas administratif Kabupaten Banyuwangi bisa dilihat melalui gambar berikut ini. Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur Pulau Jawa dengan titik koordinat diantara 7o43’ - 8o46’ Lintang Selatan dan 113o53’ - 114o38’ Bujur Timur.

 

Wilayah Kabupaten Banyuwangi mempunyai ketinggian antara 25 – 100 meter di atas permukaan air laut.
 

Secara administratif Kabupaten Banyuwangi mempunyai batas daerah sebagai berikut : 
a. Sebelah Utara          : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso. 
b. SebelahTimur          : Selat Bali.
c. Sebelah Selatan       : Samudera Indonesia.
d. Sebelah Barat          : Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso.


Dengan luas wilayah 5.782,50 km2, wilayah Kabupaten Banyuwangi sebagian besar masih merupakan daerah kawasan hutan, karena besaran wilayah yang termasuk kawasan hutan lebih banyak kalau dibandingkan kawasan - kawasan lainnya.


Area kawasan hutan mencapai 183.396,34 ha atau sekitar 31,72 persen; daerah persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44 persen dan perkebunan dengan luas sekitar 82.143,63 ha atau 14,21 persen; sedangkan yang dimanfaatkan sebagai daerah permukiman mencapai luas sekitar 127.454,22 ha atau 22,04 persen.

Sisanya telah dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi dengan berbagai manfaat yang ada, seperti jalan, ladang dan lain - lainnya.

Dataran tinggi yang berupa daerah pegunungan yang merupakan daerah penghasil berbagai produksi perkebunan, daratan yang merupakan daerah penghasil tanaman pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan sepanjang 175,8 km yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut.


Kondisi geografis tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi yang besar sebagai produsen bahan makanan yang berasal dari hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan.



Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi terbagi atas 24 Kecamatan, 189 Desa dan 28 Kelurahan, dengan rincian sebagai berikut :


Jumlah Kecamatan, Desa dan Kelurahan Kabupaten Banyuwangi
Berdasarkan data statistik, potensi lahan pertanian di Kabupaten Banyuwangi berada dalam peringkat ketiga setelah Kabupaten Malang dan Kabupaten Jember. Tidaklah mengherankan kalau Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu lumbung pangan di Provinsi Jawa Timur.

Disamping potensi dibidang pertanian, Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, serta memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah penghasil ternak yang merupakan sumber pertumbuhan baru perekonomian rakyat.

Dengan bentangan pantai yang cukup panjang, dalam perspektif ke depan, pengembangan sumberdaya kelautan dapat dilakukan dengan berbagai upaya intensifikasi dan diversifikasi pengelolaan kawasan pantai dan wilayah perairan laut.


3. Topografi

Wilayah Kabupaten Banyuwangi bagian Barat, Utara, dan Selatan pada umumnya merupakan daerah pegunungan dengan tingkat kemiringan rata-rata 40derajat dan rata-rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan daerah lainnya.

Di sisi lain, daerah daratan yang datar di Kabupaten Banyuwangi sebagian besar mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 15 derajatdengan rata-rata curah hujan cukup memadai dan bisa meningkatkan kesuburan tanah. Secara umum, Kabupaten Banyuwangi terletak pada ketinggian 0 sampai dengan lebih dari3.000 meter di atas permukaan laut.

Tingkat kemiringan rata - rata pada wilayah bagian barat dan utara 400, dengan rata - rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan bagian wilayah lainnya. Daratan yang datar sebagaian besar mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 150, dengan rata-rata curah hujan cukup memadai untuk ketersediaan budidaya pertanian. 

Ketinggian tanah di Kabupaten Banyuwangi mencapai 0 – 2.500 meter dari permukaan laut dan berdasarkan klasifikasi Wilayah Tanah Usaha (WTU) ketinggian tersebut dibedakan atas : 

a. Ketinggian 0 – 25 meter di atas permukaanlaut meliputi luas wilayah 41.926 Ha. (12,04%)dari luas tanah. Ketinggian ini didapatkan padaKecamatan Banyuwangi, Bangorejo, Giri, Kalipuro, Kabat, Muncar, Pesanggaran, Purwoharjo,Rogojampi, Srono, Tegaldlimo dan Wongsorejo.

b. Ketinggian 100 -500 meter di atas permukaanlaut meliputi luas wilayah 158.939 Ha.(45,65%) dari luas daerah. Ketinggian inididapat pada hampir semua kecamatan kecualiKecamatan Banyuwangi, Muncar, Purwoharjoyang tingginya di bawah 100 meter di atas permukaanlaut.

c. Ketinggian 500 – 1.000 meter di atas permukaanlaut meliputi luas wilayah 36.527 Ha(10,49%) dari luas daerah. Ketinggian ini meliputiKecamatan Genteng, Sempu, Giri, Kalipuro,Glagah, Glenmore, Kabat, Songgon danWongsorejo. 


d. Ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaanlaut meliputi Kecamatan Giri, Kalipuro,Glagah, Glenmore, Kabat, Songgon dan Wongsorejo. 


e. Daerah Kecamatan pantai meliputi KecamatanWongsorejo, Giri, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Rogojampi, Muncar, Tegaldlimo, Purwoharjo dan Pesanggaran.

4.Geologi 

Kabupaten Banyuwangi memiliki kondisi geologi yang bervariasi di setiap wilayah, hal ini juga memiliki peran yang sangat besar bagi terbentuknya suatu bentukan lahan di wilayah tersebut.

Jenis Tanah di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan struktur geologi terdapat berbagai susunan/struktur geologi seperti pada tabel berikut ini :  

Struktur Geologi di Kabupaten Banyuwangi Dan Jenis Tanah Kabupaten Banyuwangi

5. Klimatologi

Kabupaten Banyuwangi terletak di selatan equator yang dikelilingi oleh Laut Jawa, Selat Bali dan Samudera Indonesiadengan iklim tropis yang terbagi menjadi 2 musim yaitumusim penghujan dan musim kemarau. 


a. Rata-rata curah hujan selama tahun 2014mencapai 172.8 mm. Curah hujan terendah terjadi pada Bulan Juni2014sebesar 16.9 mm, sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Pebruarisebesar 227.3 mm. 


b. Presentase rata-rata penyinaran matahari terendah pada Bulan Januari sebesar 45% dan tertinggi pada Bulan Oktobersebesar 99% . 

c. Rata-rata kelembaban udara pada tahun 2014diperkirakan mendekati 81.5%. 

Kelembaban terendah terjadi pada Bulan Oktoberdengan rata- rata kelembaban udara sebesar 75%. Sebaliknya kelembaban tertinggi terjadi pada Bulan Januari dan bulan Juni dengan besaran 86%.  Rata-rata suhu udara terendah terjadi pada Bulan Pebruarisebesar 27oC. Sedang tertinggi pada Bulan Novembersebesar 29,2oC. 
 
6. Penggunaan Lahan 

Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten paling luas se-Jawa Timur, dengan luas wilayah 5.782,50 km2. 

Wilayah Kabupaten Banyuwangi sebagian besar masih merupakan daerah kawasan hutan, karena besaran wilayah yang termasuk kawasan hutan lebih banyak kalau dibandingkan kawasan - kawasan lainnya. 

Area kawasan hutan mencapai 183.396,34 ha atau sekitar 31,72 persen; daerah persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44 persen dan perkebunan dengan luas sekitar 82.143,63 ha atau 14,21 persen, sedangkan yang dimanfaatkan sebagai daerah permukiman mencapai luas sekitar 127.454,22 ha atau 22,04 persen. 

Sisanya telah dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi dengan berbagai manfaat yang ada, seperti jalan, ladang dan lain - lainnya. 

Berdasarkan data statistik, potensi lahan pertanian di Kabupaten Banyuwangi berada dalam peringkat ketiga setelah Kabupaten Malang dan Kabupaten Jember. Tidaklah mengherankan kalau Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu lumbung pangan di Provinsi Jawa Timur. 

Disamping potensi dibidang pertanian, Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, serta memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah penghasil ternak yang merupakan sumber pertumbuhan baru perekonomian rakyat. 

Dengan bentangan pantai yang cukup panjang, dalam perspektif ke depan, pengembangan sumberdaya kelautan dapat dilakukan dengan berbagai upaya intensifikasi dan diversifikasi pengelolaan kawasan pantai dan wilayah perairan laut.

Luas Kabupaten Banyuwangi Menurut Penggunaannya

7. Potensi Pengembangan Wilayah

A. Pertanian

Secara umum struktur ekonomi di Kabupaten Banyuwangi terbentuk dan didominasi oleh sektor pertanian. Pada tahun 2014 peranan sektor pertanian terhadap seluruh kegiatan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi angkanya mencapai 36,4 persen.

Sektor pertanian memiliki konstribusi yang cukup besar berkecimpung dalam bidang pertanian yang meliputi pertanian tanaman pangan, holtikultura, pertanian tanaman perkebunan, peternakan dan hasil- hasilnya, kehutanan serta kelautan dan perikanan. 

Saat ini pertanian di Kabupaten Banyuwangimempunyai dua peran sekaligus tantangan yaitu:

mendukung pemenuhan pangan bagi pendudukBanyuwangi juga memberikan lapangan kerjabagi rumah tangga tani di Kabupaten Banyuwangi. 

Sebagai sektor yang menjadi tumpuan bagi ketahanan pangan dan mata pencaharian sebagianrakyat, maka pembangunan pertanian merupakangenerator bagi pembangunan di Kabupaten Banyuwangi. 

Karenanya, Kabupaten Banyuwangi mempunyaisumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan peran sektor pertaniandalam pembangunan daerah, didukungoleh budaya dan adat istiadat yang kondusif terhadap perubahan diharapkan dapatmeningkatkan taraf hidup pelaku utamanya yaitu petani. 

Potensi pertanian secara umum dapat ditinjau dari potensi sumber daya produksi dan potensi pasar. Potensi produksi pangan terutama dapat di lihat dari cukup besarnya jumlah lahan sawah produktif yang subur. 

Berikut secara rinci hasil produksi pertanian sub sektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014: 

 Luas Panen, Produktivitas Dan Produksi Tanaman Pangan

Pemanfaatan lahan dikawasan selatan arah utara yang melebar ke arah barat merupakan daerah potensi tanaman bahan makanan. Tanaman padi secara luas banyak ditanam di kawasan ini, bahkan sebagian besar dari kawasan tersebut pola tanam padi dalam satu tahunnya dilakukan hingga tiga kali.

 Lahan pertanian setiap tahun diduga mengalami pengurangan lahan sebagai akibat digunakan untuk kepentingan lain. Misalnya digunakan sebagai daerah pemukiman maupun pemanfaatan yang lain.  

Berkurangnya potensi pertanian di kabupaten banyuwangi juga disebabkan karena belum optimalnya infrastruktur pertanian dan infrastruktur di pedesaan, dimana masih terdapat kerusakan jaringan irigasi (JITUT/JIDES). 

Berdasarkan hasil survey BPS tahun 2011, penyusutan hasil panen di Kabupaten Banyuwangi mencapai 10,82%. Selain itu penurunan potensi pertanian karena adanya dampak perubahan iklim sehingga menyebabkan gagal panen akibat banjir dan kekeringan dan munculnya hama dan penyakit tanaman.

B. Perkebunan 

Selain tanaman bahan makanan yang berpotensi tinggi di Kabupaten Banyuwangi, tanaman perkebunan juga mempunyai potensi yang tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan tanaman bahan makanan. 

Dua jenis tanaman perkebunan yang mempunyai konstribusi terhadap kehidupan penduduk di Kabupaten Banyuwangi cukup besar yaitu tanaman kelapa dan kopi. 

Produktivitas Dan Produksi Tanaman Perkebunan

C. Peternakan dan Perikanan 

Kekayaan Banyuwangi lainnya yang berkelanjutan dan tidak kalah potensialnya adalah peternakan. Data dari Dinas Peternakan Banyuwangi menunjukkan begitu besarnya potensi Kabupaten dalam sektor peternakan. 

Sapi potong yang dimiliki Banyuwangi sebanyak 108.139 ekor, potensi sapi potong ini bila dipadukan dengan kerbau telah mencukupi daging warga Banyuwangi dan sekitarnya. Potensi kambing berjumlah 79.627 ekor, dan domba sebanyak 60.903 ekor. 

Sapi perah yang dikelola langsung oleh rakyat (bukan industri besar) yang setiap tahunnya memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Banyuwangi sebanyak 2.567.385 liter. 

Lebih jelasnya potensi peternakan di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Dalam bidang perikanan, Isu strategis potensi perikanan di wilayah Jawa Timur adalah adanya keterbatasan bahan baku ikan untuk industri. 

Ketersediaan ikan di wilayah Jawa Timur adalah 728.024,10 ton, sedangkan konsumsinya mencapai 1.351.162,69 ton. Hal ini disebabkan pemanfaatan teknologi, keterbatasan sarana dan prasarana tangkap yang dimiliki oleh nelayan, dimana kemampuan laut hanya memiliki jangkauan yang terbatas, sehingga nelayan tidak dapat memperoleh hasil tangkapan yang banyak. 

Oleh sebab itu diperlukan restrukturisasi alat tangkap, yang terdiri dari restrukturisasi kapal serta peralatannya.  Potensi perikanan laut di Kabupaten Banyuwangi masih memiliki peluang yang teramat besar untuk dioptimalkan. Untuk potensi produksi ikan laut lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.   

D. Kehutanan

Banyuwangi memiliki kawasan hutan yang sangat luas. Hutan merupakan sumber kehidupan yang perlu dilestarikan. 

Upaya-upaya agar hutan tetap optimal fungsinya, dapat dilakukan dengan merehabilitasi hutan dan lahan kritis dengan berbagai kegiatan seperti bantuan bibit tanaman penghijauan khususnya ditanam pada lahan kritis yang terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi.

Dalam perkembangannya, laju Pertumbuhan Indeks Implisit sektor Kehutanan Terhadap PDRB Di Kabupaten Banyuwangi terus mengalami fluktuasi tiap tahunnya, dimana angka tertinggi terdapat pada tahun 2013. Berkurangnya kewenangan dan peran perangkat daerah sangat berpengaruh terhadap kinerja sector kehutanan. 

E. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh

Banyuwangi merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur, dimana wilayah ini memiliki potensi yang sangat bagus dalam bidang kepariwisataan. 

Pariwisata menjadi salah satu faktor penunjang pembangunan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi, oleh sebab itu pemerintah Kabupaten Banyuwangi banyak membuat program pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di sektor kepariwisataan. 

Salah satu program pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah adanya pemetaan wilayah pengembangan pariwisata (WPP) I, wilayah pengembangan pariwisata (WPP) II dan wilayah pengembangan pariwisata (WPP) III. 

Adanya pembentukan WPP bertujuan untuk membantu pemerintah untuk menentukan kawasan strategis, sehingga pembangunan di wilayah WPP dapat lebih di prioritaskan.

Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) I,II dan III biasa disebut dengan Diamond Triangle, dimana wilayah ini merupakan wilayah dengan jenis wisata dominan kawasan hutan dan pemandangan alam, sehingga sesuai untuk kegiatan wisata “adventure” dan menikmati pemandangan alam. 

Kawasan Diamond Triangle terdiri dari Kawasan Kawah Ijen, Kawasan Plengkung dan Kawasan Sukamade. Kawasan WPP 1 yakni Kawah Ijen berada di Kecamatan Licin 45 Km dari Kabupaten Banyuwangi, Kawah Ijen merupakan kawah danau terbesar di Pulau Jawa. 

Di dalam kawasan Kawah Ijen, terdapat kawah belerang yang terdapat di dalam sulfutara di kedalaman kira-kira 200 m dan mengandung kira-kira 36 juta kubik air asam beruap.

Ijen dan kawasan ekowisata hinterland terdiri dari Desa Wisata Kemiren, Perkebunan Kaliklatak, Perkebunan Selogiri dan Perkebunan Kalibendo.  Bagian WPP 2 merupakan Kawasan Plengkung.

Plengkung merupakan wilayah dengan objek wisata yang sebagian besar terdapat disekitar perairan pantai dan mempunyai aksesbilitas rendah. Pantai Plengkung terletak di pantai selatan Banyuwangi dan berada di wilayah Kecamatan Tegaldimo. 

Jarak dari Banyuwangi hingga ke Pantai Plengkung sekitar 86 Km. Plengkung terkenal dengan pantai terbaiknya untuk surfing dan biasa dikenal dengan G-Land, terutama pada bulan Mei hingga Oktober adalah bulan terbaik untuk surfing. Plengkung ecowisata hinterland terdiri dari G-Land, Alas Purwo atau Goa Istana, Padang Savana Sadengan serta Pantai

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuw angi Tahun 2017 | 23 Mangrove Bedhul.  

Wilayah pengembangan pariwisata (WPP) III , merupakan wilayah dengan objek wisata yang sebagian besar memiliki keunikan sumber daya alam. 

Wilayah pantai sukamade merupakan wilayah WPP III, dimana pantai ini berada di wilayah Kecamatan Pesanggaran berjarak sekitar 97 Km ke arah barat daya Banyuwangi. Sukamade merupakan hutan lindung alami Jawa Timur. 

Penyu betina biasanya bertelur hingga ratusan butir yang kemudian diletakan dipinggir pasir pantai. Penyu betina biasanya mulai mendarat di pantai pada pukul 10.30 WIB dan kembali kelaut pada pukul 24.00 WIB, ketika bulan November hingga Maret adalah musim penyu bertelur. 

Sukamade ecowisata hinterland terdiri dari Pantai Rejegwesi, Teluk Hijau, Pantai Pancer, Pulau Merah dan Taman Nasional Meru Betiri.  Kabupaten Banyuwangi juga memiliki rencana kawasan strategis yang tersebar di beberapa daerah di Banyuwangi. 

Perencanaan kawasan strategis tersebut meliputi pengembangan kawasan agropolitan terintegrasi dengan pengembangan agrowisata ijen, pengembangan kawasan cagar alam hutan lindung taman nasional, Pengembangan kawasan wilayah pengembangan mineral logam (emas) gunung tumpangpitu Pesanggaran. 

Pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Bangorejo dan Wilayah Kecamatan sekitarnya, pengembangan kawasan wisata The Triangle Diamond (segi tiga berlian) Kawah Ijen, Plengkung dan Merubetiri, Pengembangan Kawasan minapolitan-muncar (industri pengolahan perikanan). 

Pengembangan Kawasan bandara Blimbingsari- Rogojampi, Pengembangan Kawasan Pelabuhan Peti Kemas Tanjungwangi- Ketapang, Pengembangan Kawasan Industrial Estate di Kec. Wongsorejo.

F. Kawasan Rawan Bencana

Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu daerah dengan potensi bencana yang cukup tinggi. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banyuwangi dipaparkan bahwa potensi bencana gunung berapi menjadi yang paling diwaspadai. 

Berikut ini adalah penggambaran mengenai peta mitigasi bencana di Kabupaten Banyuwangi : 

Gunung api merupakan salah satu bencana terbesar yang rawan terjadi di Kabupaten Banyuwangi. Gunung api yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi adalah gunung ijen. Gunung ini masih aktif dan memiliki sebaran lahar yang cukup luas. 

->Baca Juga Sejarah Banyuwangi

8. Demografi 

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Kabupaten Banyuwangi 

Penduduk Kabupaten Banyuwangi sebagian besar bekerja yang mendominasi keseluruhan jumlah penduduk yaitu mencapai 871,029 jiwa atau 71,01 %. 

Menurut kelompok tingkat pendidikan masih didominasi oleh kelompok pendidikan tingkat SD/Sederajat yaitu sebesar 586,501atau 35,15% dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan berumur 15 tahun keatas yang termasuk angkatan kerja dan pendidikan yang ditamatkan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2015.

9. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 

Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olah raga.   

10. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan yaitu sebesar 5,70 persen Kemudian pada 2015 naik ke angka 6,01. 

Dengan tumbuhnya perekonomian yang semakin bergairah dan berkesinambungan akan menjadi daya tarik bagi investor untuk menanamkan sahamnya, khususnya di sektor Pertanian, Perdagangan, 

Hotel dan Restoran, demikian juga pada sektor Industri Pengolahan, Bank dan Lembaga Keuangan, Jasa–jasa, Pengangkutan dan Komunikasi, Pertambangan dan Penggalian, Bangunan dan Listrik, Gas dan Air Minum juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Perkembangan perekonomian di Kabupaten Banyuwangi juga dapat ditunjukkan oleh perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Angka Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB).

Berdasarkan data PDRB tahun 2011 sampai 2016 di atas terlihat kondisi perekonomian Kabupaten Banyuwangi meningkat dari tahun 2011 sampai tahun 2015.

Maka diperkirakan stabilitas ekonomi di Kabupaten Banyuwangi dalam tahun 2014 tetap dijaga dan mulai menunjukkan kondisi peningkatan, sehingga pertumbuhan yang di proyeksikan meningkat pada tahun 2016 menjadi 63,95 Trilyun.

Diharapkan menumbuhkan sektor pariwisata dan sector pengungkit lainnya seperti UMKM, sehingga ekonomi kerakyatan dapat terwujud. 

Peningkatan PDRB di Kabupaten Banyuwangi disebabkan peningkatan konsumsi masyarakat, tumbuhnya sector UMKM, belanja pemerintah, investasi, dan perdagangan antar daerah. 

11. Inflasi 

Kondisi perekonomian yang baik, idealnya adalah apabila angka pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding dengan perkembangan harga atau besaran PDRB ADHK berada di atas PDRB ADHB. 

Secara makro potensi ekonomi di Kabupaten Banyuwangi masih dalam tahap berkembang sebagaimana yang terjadi pada hampir seluruh daerah di Provinsi Jawa Timur.  

Sementara itu, tingkat pendapatan masyarakat dapat ditunjukan oleh PDRB yang dapat menggambarkan tingkat kemajuan perekonomian pada suatu daerah. 

Tingkat pendapatan perkapita dibandingkan dengan laju inflasi akan menunjukkan seberapa besar kekuatan daya beli masyarakat di Kabupaten Banyuwangi. 

Hal ini bisa dikatakan jika pertumbuhan pendapatan diasumsikan sama dengan kesejahteraan masyarakat maka gap antara pertumbuhan pendapatan dengan tingkat inflasi menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum.

Berdasarkan angka inflasi Kabupaten Banyuwangi masih tergolong baik dibandingkan dengan beberapa daerah lainnya. Pada tahun 2016, laju inflasi masih mengikuti trend sepanjang tahun 2015. 

Selain itu, Pemerintah juga menyadari bahwa masih terdapat risiko tekanan inflasi yang berasal dari gejolak nilai tukar rupiah.

Namun demikian, beberapa kebijakan pemerintah seperti upaya peningkatan ketahanan dan pasokan pangan, perbaikan infrastruktur dan jalur distribusi barang, serta koordinasi dan upaya menggerakkan sektor riil yang semakin baik diyakini mampu meredam tekanan inflasi yang terjadi.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah variabel yang mencerminkan tingkat pencapaian kesejahteraan penduduk sebagai akibat dari perluasan akses layanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan. 

Hal ini menunjukkan tingkat keberhasilan Pemerintah Kabupaten dalam meningkatkan kesejahteraan penduduknya. IPM tersusun dari 3 (tiga) jenis indeks utama yaitu Angka Harapan Hidup, indeks pendidikan dan indeks paritas daya beli. 

Dari berbagai indikator makro ekonomi dan sosial yang kerap digunakan sebagai alat ukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan di suatu daerah, implementasinya terkadang bisa menimbulkan penafsiran yang beragam. 

Hal ini bisa terjadi karena secara komprehensif keberhasilan pembangunan itu tidaklah cukup untuk bisa diukur dengan menggunakan berbagai indikator makro ekonomi dan sosial saja. 

Dengan demikian untuk menentukan keberhasilan pembangunan di suatu daerah haruslah menggunakan indikator yang secara resmi sudah digunakan oleh badan dunia, yaitu The United Nations Development Programme (UNDP). 

Program pembangunan yang meliputi bidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat merupakan program utama yang masuk ke dalam misi pembangunan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. 

Disebutkan bahwa kesejahteraan masyarakat yang ditandai meningkatnya kualitas sumberdaya manusia, terciptanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal dan kebutuhan dasar lainnya secara layak, serta meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat harus bisa diwujudkan. 

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dihitung secara komposit berdasarkan tiga indeks yang terdiri dari indeks pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Trend angka IPM Kabupaten Banyuwangi dari tahun 2010 hingga 2015 menunjukkan peningkatan. Dalam pengertian ini bahwa pembangunan manusia yang di lakukan pemerintah Kabupaten Banyuwangi secara berkelanjutan membuahkan hasil, demikian pula trend angka IPM Provinsi Jawa Timur. 

Apabila dibandingkan, maka pembangunan manusia di Kabupaten Banyuwangi lebih rendah dengan indek pembangunan manusia di Provinsi Jawa Timur. 

Walaupun pembangunan manusia di Kabupaten Banyuwangi pada Tahun 2012 masih relatif tertinggal apabila di komparasi dengan pembangunan kota/kabupaten di Provinsi Jawa Timur, tetapi Nilai indikator shortfall Reduction IPM dari Tahun 2010 hingga 2012 menunjukkan angka sebesar 1,58. 

Angka ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia yang dilakukan di Kabupaten Banyuwangi relatif cepat, walaupun kalah cepat dibandingkan pembangunan manusia di Provinsi Jawa Timur. Tetapi kedepannya IPM Kabupaten Banyuwangi akan terus meningkat sesuai dengan trend.

12. Pendapatan Perkapita 

Pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Dari gambar dibawah dijelaskan secara runtut bahwa di tahun 2011 pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi sebesar 17,12 juta. 

Trend ini  membaik pada saat di tahun 2012 pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan hingga ke angka 19,87 juta. Ditahun 2013 pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi meningkat di angka 22,52 juta/tahun. 

Pendapatan perkapita di Tahun 2014 menunjukkan hasil signifikan yaitu sebesar 25,50 Juta/tahun. Hingga diproyeksikan pada 2015 pendapatan perkapita akan meningktat yaitu sebesar 28.3 Juta/tahun.

13. Kemiskinan 

Kemiskinan untuk beberapa daerah dan lingkup pemerintah menjadi sebuah momok yang memiliki pandangan negatif dalam pencapaian pembangunan daerah. 

Kemiskinan menjadi beban sekaligus tanggung jawab yang harus diemban oleh segenap pemerintah daerah di Indonesia beserta semua aspek yang mempengaruhinya.

Ditahun 2011 tingkat kemiskinan yang ada di Kabupaten Banyuwangi sejumlah 10,48% penduduk. Kemudian di tahun 2012 angka kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi berhenti di angka 9,94% penduduk. dan kembali turun diangka 9,57% ditahun 2013. 

Kemudian diproyeksikan pada 2015 bahwa prosentase penduduk miskin menurun yaitu pada angka 9%. 

Hal ini merupakan hal yang positif mengingat aspek penentu angka kemiskinan sangatlah kompleks diantaranya adalah prosentase penduduk diatas garis kemiskinan, persentase rumah tangga yang menggunakan listrik, persentase rumah tangga (RT) yang menggunakan air bersih dan pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita

14. Aspek Pelayanan Umum 

Aspek pelayanan umum merupakan pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam rangka melayani masyarakat umum. 


Pelayanan tersebut terbagi menjadi urusan wajib dan urusan pilihan. Aspek pelayanan umum juga menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten Banyuwangi. 

Dalam aspek pelayanan umum, secara lebih detail akan dijabarkan dalam fokus layanan urusan wajib dan layanan urusan pilihan. 

Namun, pada dasarnya pelayanan umum merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sumber Refrensi dan Informasi terpercaya Banyuwangikab.go.id

Admin

About Admin

Semoga dengan adanya Blog Banyuwangi Seru ini bisa memberikan sedikit manfaat kepada masyarakat Luas dan Banyuwangi Khususnya.

Subscribe to this Blog via Email :