1. Gambaran Umum Kondisi Daerah
Pada bagian menyajikan beberapa data dalam menggambarkan kondisi daerah Kabupaten Banyuwangi berkaitan dengan aspek geografis dan demografis, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.
2. Luas Wilayah dan Batas Wilayah
Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur Pulau Jawa. Wilayah daratannya terdiri atas dataran tinggi berupa pegunungan yang merupakan daerah penghasil produk perkebunan dan dataran rendah dengan berbagai potensi produk hasil pertanian serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut.
Gambaran lebih jelas mengenai batas-batas administratif Kabupaten Banyuwangi bisa dilihat melalui gambar berikut ini. Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur Pulau Jawa dengan titik koordinat diantara 7o43’ - 8o46’ Lintang Selatan dan 113o53’ - 114o38’ Bujur Timur.
Wilayah Kabupaten Banyuwangi mempunyai ketinggian antara 25 – 100 meter di atas permukaan air laut.
Secara administratif Kabupaten Banyuwangi mempunyai batas daerah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso.
b. SebelahTimur : Selat Bali.
c. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia.
d. Sebelah Barat : Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso.
Dengan luas wilayah 5.782,50 km2, wilayah Kabupaten Banyuwangi sebagian besar masih merupakan daerah kawasan hutan, karena besaran wilayah yang termasuk kawasan hutan lebih banyak kalau dibandingkan kawasan - kawasan lainnya.
Area kawasan hutan mencapai 183.396,34 ha atau sekitar 31,72 persen; daerah persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44 persen dan perkebunan dengan luas sekitar 82.143,63 ha atau 14,21 persen; sedangkan yang dimanfaatkan sebagai daerah permukiman mencapai luas sekitar 127.454,22 ha atau 22,04 persen.
Pada bagian menyajikan beberapa data dalam menggambarkan kondisi daerah Kabupaten Banyuwangi berkaitan dengan aspek geografis dan demografis, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.
2. Luas Wilayah dan Batas Wilayah
Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur Pulau Jawa. Wilayah daratannya terdiri atas dataran tinggi berupa pegunungan yang merupakan daerah penghasil produk perkebunan dan dataran rendah dengan berbagai potensi produk hasil pertanian serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut.
Gambaran lebih jelas mengenai batas-batas administratif Kabupaten Banyuwangi bisa dilihat melalui gambar berikut ini. Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur Pulau Jawa dengan titik koordinat diantara 7o43’ - 8o46’ Lintang Selatan dan 113o53’ - 114o38’ Bujur Timur.
Wilayah Kabupaten Banyuwangi mempunyai ketinggian antara 25 – 100 meter di atas permukaan air laut.
Secara administratif Kabupaten Banyuwangi mempunyai batas daerah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso.
b. SebelahTimur : Selat Bali.
c. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia.
d. Sebelah Barat : Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso.
Dengan luas wilayah 5.782,50 km2, wilayah Kabupaten Banyuwangi sebagian besar masih merupakan daerah kawasan hutan, karena besaran wilayah yang termasuk kawasan hutan lebih banyak kalau dibandingkan kawasan - kawasan lainnya.
Area kawasan hutan mencapai 183.396,34 ha atau sekitar 31,72 persen; daerah persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44 persen dan perkebunan dengan luas sekitar 82.143,63 ha atau 14,21 persen; sedangkan yang dimanfaatkan sebagai daerah permukiman mencapai luas sekitar 127.454,22 ha atau 22,04 persen.
Sisanya telah dipergunakan oleh penduduk Kabupaten
Banyuwangi dengan berbagai manfaat yang ada, seperti jalan, ladang dan
lain - lainnya.
Dataran tinggi yang berupa daerah pegunungan yang merupakan daerah penghasil berbagai produksi perkebunan, daratan yang merupakan daerah penghasil tanaman pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan sepanjang 175,8 km yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut.
Kondisi geografis tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi yang besar sebagai produsen bahan makanan yang berasal dari hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan.
Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi terbagi atas 24 Kecamatan, 189 Desa dan 28 Kelurahan, dengan rincian sebagai berikut :
Dataran tinggi yang berupa daerah pegunungan yang merupakan daerah penghasil berbagai produksi perkebunan, daratan yang merupakan daerah penghasil tanaman pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan sepanjang 175,8 km yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut.
Kondisi geografis tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi yang besar sebagai produsen bahan makanan yang berasal dari hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan.
Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi terbagi atas 24 Kecamatan, 189 Desa dan 28 Kelurahan, dengan rincian sebagai berikut :
Jumlah Kecamatan, Desa dan Kelurahan Kabupaten Banyuwangi
Berdasarkan data statistik, potensi lahan pertanian di Kabupaten
Banyuwangi berada dalam peringkat ketiga setelah Kabupaten Malang dan
Kabupaten Jember. Tidaklah mengherankan kalau Kabupaten Banyuwangi
menjadi salah satu lumbung pangan di Provinsi Jawa Timur.
Disamping potensi dibidang pertanian, Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, serta memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah penghasil ternak yang merupakan sumber pertumbuhan baru perekonomian rakyat.
Dengan bentangan pantai yang cukup panjang, dalam perspektif ke depan, pengembangan sumberdaya kelautan dapat dilakukan dengan berbagai upaya intensifikasi dan diversifikasi pengelolaan kawasan pantai dan wilayah perairan laut.
3. Topografi
Wilayah Kabupaten Banyuwangi bagian Barat, Utara, dan Selatan pada umumnya merupakan daerah pegunungan dengan tingkat kemiringan rata-rata 40derajat dan rata-rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan daerah lainnya.
Di sisi lain, daerah daratan yang datar di Kabupaten Banyuwangi sebagian besar mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 15 derajatdengan rata-rata curah hujan cukup memadai dan bisa meningkatkan kesuburan tanah. Secara umum, Kabupaten Banyuwangi terletak pada ketinggian 0 sampai dengan lebih dari3.000 meter di atas permukaan laut.
Tingkat kemiringan rata - rata pada wilayah bagian barat dan utara 400, dengan rata - rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan bagian wilayah lainnya. Daratan yang datar sebagaian besar mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 150, dengan rata-rata curah hujan cukup memadai untuk ketersediaan budidaya pertanian.
Ketinggian tanah di Kabupaten Banyuwangi mencapai 0 – 2.500 meter dari permukaan laut dan berdasarkan klasifikasi Wilayah Tanah Usaha (WTU) ketinggian tersebut dibedakan atas :
a. Ketinggian 0 – 25 meter di atas permukaanlaut meliputi luas wilayah 41.926 Ha. (12,04%)dari luas tanah. Ketinggian ini didapatkan padaKecamatan Banyuwangi, Bangorejo, Giri, Kalipuro, Kabat, Muncar, Pesanggaran, Purwoharjo,Rogojampi, Srono, Tegaldlimo dan Wongsorejo.
b. Ketinggian 100 -500 meter di atas permukaanlaut meliputi luas wilayah 158.939 Ha.(45,65%) dari luas daerah. Ketinggian inididapat pada hampir semua kecamatan kecualiKecamatan Banyuwangi, Muncar, Purwoharjoyang tingginya di bawah 100 meter di atas permukaanlaut.
c. Ketinggian 500 – 1.000 meter di atas permukaanlaut meliputi luas wilayah 36.527 Ha(10,49%) dari luas daerah. Ketinggian ini meliputiKecamatan Genteng, Sempu, Giri, Kalipuro,Glagah, Glenmore, Kabat, Songgon danWongsorejo.
d. Ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaanlaut meliputi Kecamatan Giri, Kalipuro,Glagah, Glenmore, Kabat, Songgon dan Wongsorejo.
e. Daerah Kecamatan pantai meliputi KecamatanWongsorejo, Giri, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Rogojampi, Muncar, Tegaldlimo, Purwoharjo dan Pesanggaran.
4.Geologi
Kabupaten Banyuwangi memiliki kondisi geologi yang bervariasi di setiap wilayah, hal ini juga memiliki peran yang sangat besar bagi terbentuknya suatu bentukan lahan di wilayah tersebut.
Jenis Tanah di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan struktur geologi terdapat berbagai susunan/struktur geologi seperti pada tabel berikut ini :
Disamping potensi dibidang pertanian, Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, serta memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah penghasil ternak yang merupakan sumber pertumbuhan baru perekonomian rakyat.
Dengan bentangan pantai yang cukup panjang, dalam perspektif ke depan, pengembangan sumberdaya kelautan dapat dilakukan dengan berbagai upaya intensifikasi dan diversifikasi pengelolaan kawasan pantai dan wilayah perairan laut.
3. Topografi
Wilayah Kabupaten Banyuwangi bagian Barat, Utara, dan Selatan pada umumnya merupakan daerah pegunungan dengan tingkat kemiringan rata-rata 40derajat dan rata-rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan daerah lainnya.
Di sisi lain, daerah daratan yang datar di Kabupaten Banyuwangi sebagian besar mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 15 derajatdengan rata-rata curah hujan cukup memadai dan bisa meningkatkan kesuburan tanah. Secara umum, Kabupaten Banyuwangi terletak pada ketinggian 0 sampai dengan lebih dari3.000 meter di atas permukaan laut.
Tingkat kemiringan rata - rata pada wilayah bagian barat dan utara 400, dengan rata - rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan bagian wilayah lainnya. Daratan yang datar sebagaian besar mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 150, dengan rata-rata curah hujan cukup memadai untuk ketersediaan budidaya pertanian.
Ketinggian tanah di Kabupaten Banyuwangi mencapai 0 – 2.500 meter dari permukaan laut dan berdasarkan klasifikasi Wilayah Tanah Usaha (WTU) ketinggian tersebut dibedakan atas :
a. Ketinggian 0 – 25 meter di atas permukaanlaut meliputi luas wilayah 41.926 Ha. (12,04%)dari luas tanah. Ketinggian ini didapatkan padaKecamatan Banyuwangi, Bangorejo, Giri, Kalipuro, Kabat, Muncar, Pesanggaran, Purwoharjo,Rogojampi, Srono, Tegaldlimo dan Wongsorejo.
b. Ketinggian 100 -500 meter di atas permukaanlaut meliputi luas wilayah 158.939 Ha.(45,65%) dari luas daerah. Ketinggian inididapat pada hampir semua kecamatan kecualiKecamatan Banyuwangi, Muncar, Purwoharjoyang tingginya di bawah 100 meter di atas permukaanlaut.
c. Ketinggian 500 – 1.000 meter di atas permukaanlaut meliputi luas wilayah 36.527 Ha(10,49%) dari luas daerah. Ketinggian ini meliputiKecamatan Genteng, Sempu, Giri, Kalipuro,Glagah, Glenmore, Kabat, Songgon danWongsorejo.
d. Ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaanlaut meliputi Kecamatan Giri, Kalipuro,Glagah, Glenmore, Kabat, Songgon dan Wongsorejo.
e. Daerah Kecamatan pantai meliputi KecamatanWongsorejo, Giri, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Rogojampi, Muncar, Tegaldlimo, Purwoharjo dan Pesanggaran.
4.Geologi
Kabupaten Banyuwangi memiliki kondisi geologi yang bervariasi di setiap wilayah, hal ini juga memiliki peran yang sangat besar bagi terbentuknya suatu bentukan lahan di wilayah tersebut.
Jenis Tanah di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan struktur geologi terdapat berbagai susunan/struktur geologi seperti pada tabel berikut ini :
Struktur Geologi di Kabupaten Banyuwangi Dan Jenis Tanah Kabupaten Banyuwangi
5. Klimatologi
Kabupaten Banyuwangi terletak di selatan equator yang dikelilingi oleh Laut Jawa, Selat Bali dan Samudera Indonesiadengan iklim tropis yang terbagi menjadi 2 musim yaitumusim penghujan dan musim kemarau.
a. Rata-rata curah hujan selama tahun 2014mencapai 172.8 mm. Curah hujan terendah terjadi pada Bulan Juni2014sebesar 16.9 mm, sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Pebruarisebesar 227.3 mm.
b. Presentase rata-rata penyinaran matahari terendah pada Bulan Januari sebesar 45% dan tertinggi pada Bulan Oktobersebesar 99% .
c. Rata-rata kelembaban udara pada tahun 2014diperkirakan mendekati 81.5%.
Kelembaban terendah terjadi pada Bulan Oktoberdengan rata- rata
kelembaban udara sebesar 75%. Sebaliknya kelembaban tertinggi terjadi
pada Bulan Januari dan bulan Juni dengan besaran 86%. Rata-rata suhu
udara terendah terjadi pada Bulan Pebruarisebesar 27oC. Sedang tertinggi
pada Bulan Novembersebesar 29,2oC.
6. Penggunaan Lahan
Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten paling luas se-Jawa Timur, dengan luas wilayah 5.782,50 km2.
Wilayah Kabupaten Banyuwangi sebagian besar masih merupakan daerah
kawasan hutan, karena besaran wilayah yang termasuk kawasan hutan lebih
banyak kalau dibandingkan kawasan - kawasan lainnya.
Area kawasan hutan mencapai 183.396,34 ha atau sekitar 31,72 persen;
daerah persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44 persen dan perkebunan
dengan luas sekitar 82.143,63 ha atau 14,21 persen, sedangkan yang
dimanfaatkan sebagai daerah permukiman mencapai luas sekitar 127.454,22
ha atau 22,04 persen.
Sisanya telah dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi dengan
berbagai manfaat yang ada, seperti jalan, ladang dan lain - lainnya.
Berdasarkan data statistik, potensi lahan pertanian di Kabupaten Banyuwangi berada dalam peringkat ketiga setelah Kabupaten Malang dan Kabupaten Jember. Tidaklah mengherankan kalau Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu lumbung pangan di Provinsi Jawa Timur.
Disamping potensi dibidang pertanian, Kabupaten Banyuwangi merupakan
daerah produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, serta memiliki potensi
untuk dikembangkan sebagai daerah penghasil ternak yang merupakan
sumber pertumbuhan baru perekonomian rakyat.
Dengan bentangan pantai yang cukup panjang, dalam perspektif ke depan,
pengembangan sumberdaya kelautan dapat dilakukan dengan berbagai upaya
intensifikasi dan diversifikasi pengelolaan kawasan pantai dan wilayah
perairan laut.
Luas Kabupaten Banyuwangi Menurut Penggunaannya
7. Potensi Pengembangan Wilayah
A. Pertanian
Secara umum struktur ekonomi di Kabupaten Banyuwangi terbentuk dan didominasi oleh sektor pertanian. Pada tahun 2014 peranan sektor pertanian terhadap seluruh kegiatan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi angkanya mencapai 36,4 persen.
Sektor pertanian memiliki konstribusi yang cukup besar berkecimpung
dalam bidang pertanian yang meliputi pertanian tanaman pangan,
holtikultura, pertanian tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-
hasilnya, kehutanan serta kelautan dan perikanan.
Saat ini pertanian di Kabupaten Banyuwangimempunyai dua peran sekaligus tantangan yaitu:
mendukung pemenuhan pangan bagi pendudukBanyuwangi juga memberikan
lapangan kerjabagi rumah tangga tani di Kabupaten Banyuwangi.
Sebagai sektor yang menjadi tumpuan bagi ketahanan pangan dan mata
pencaharian sebagianrakyat, maka pembangunan pertanian
merupakangenerator bagi pembangunan di Kabupaten Banyuwangi.
Karenanya, Kabupaten Banyuwangi mempunyaisumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan untuk peningkatan peran sektor pertaniandalam pembangunan
daerah, didukungoleh budaya dan adat istiadat yang kondusif terhadap
perubahan diharapkan dapatmeningkatkan taraf hidup pelaku utamanya yaitu
petani.
Potensi pertanian secara umum dapat ditinjau dari potensi sumber daya
produksi dan potensi pasar. Potensi produksi pangan terutama dapat di
lihat dari cukup besarnya jumlah lahan sawah produktif yang subur.
Berikut secara rinci hasil produksi pertanian sub sektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014:
Berikut secara rinci hasil produksi pertanian sub sektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014:
Luas Panen, Produktivitas Dan Produksi Tanaman Pangan
Pemanfaatan lahan dikawasan selatan arah utara yang melebar ke arah
barat merupakan daerah potensi tanaman bahan makanan. Tanaman padi
secara luas banyak ditanam di kawasan ini, bahkan sebagian besar dari
kawasan tersebut pola tanam padi dalam satu tahunnya dilakukan hingga
tiga kali.
Lahan pertanian setiap tahun diduga mengalami pengurangan lahan sebagai
akibat digunakan untuk kepentingan lain. Misalnya digunakan sebagai
daerah pemukiman maupun pemanfaatan yang lain.
Berkurangnya potensi pertanian di kabupaten banyuwangi juga disebabkan
karena belum optimalnya infrastruktur pertanian dan infrastruktur di
pedesaan, dimana masih terdapat kerusakan jaringan irigasi
(JITUT/JIDES).
Berdasarkan hasil survey BPS tahun 2011, penyusutan hasil panen di
Kabupaten Banyuwangi mencapai 10,82%. Selain itu penurunan potensi
pertanian karena adanya dampak perubahan iklim sehingga menyebabkan
gagal panen akibat banjir dan kekeringan dan munculnya hama dan penyakit
tanaman.
B. Perkebunan
Selain tanaman bahan makanan yang berpotensi tinggi di Kabupaten
Banyuwangi, tanaman perkebunan juga mempunyai potensi yang tidak kalah
pentingnya bila dibandingkan dengan tanaman bahan makanan.
Dua jenis tanaman perkebunan yang mempunyai konstribusi terhadap
kehidupan penduduk di Kabupaten Banyuwangi cukup besar yaitu tanaman
kelapa dan kopi.
Produktivitas Dan Produksi Tanaman Perkebunan
C. Peternakan dan Perikanan
Kekayaan Banyuwangi lainnya yang berkelanjutan dan tidak kalah
potensialnya adalah peternakan. Data dari Dinas Peternakan Banyuwangi
menunjukkan begitu besarnya potensi Kabupaten dalam sektor peternakan.
Sapi potong yang dimiliki Banyuwangi sebanyak 108.139 ekor, potensi sapi
potong ini bila dipadukan dengan kerbau telah mencukupi daging warga
Banyuwangi dan sekitarnya. Potensi kambing berjumlah 79.627 ekor, dan
domba sebanyak 60.903 ekor.
Sapi perah yang dikelola langsung oleh rakyat (bukan industri besar)
yang setiap tahunnya memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Banyuwangi
sebanyak 2.567.385 liter.
Lebih jelasnya potensi peternakan di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Dalam bidang perikanan, Isu strategis potensi perikanan di wilayah Jawa
Timur adalah adanya keterbatasan bahan baku ikan untuk industri.
Ketersediaan ikan di wilayah Jawa Timur adalah 728.024,10 ton, sedangkan
konsumsinya mencapai 1.351.162,69 ton. Hal ini disebabkan pemanfaatan
teknologi, keterbatasan sarana dan prasarana tangkap yang dimiliki oleh
nelayan, dimana kemampuan laut hanya memiliki jangkauan yang terbatas,
sehingga nelayan tidak dapat memperoleh hasil tangkapan yang banyak.
Oleh sebab itu diperlukan restrukturisasi alat tangkap, yang terdiri
dari restrukturisasi kapal serta peralatannya. Potensi perikanan laut
di Kabupaten Banyuwangi masih memiliki peluang yang teramat besar untuk
dioptimalkan. Untuk potensi produksi ikan laut lebih jelasnya dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini.
D. Kehutanan
Banyuwangi memiliki kawasan hutan yang sangat luas. Hutan merupakan sumber kehidupan yang perlu dilestarikan.
Upaya-upaya agar hutan tetap optimal fungsinya, dapat dilakukan dengan
merehabilitasi hutan dan lahan kritis dengan berbagai kegiatan seperti
bantuan bibit tanaman penghijauan khususnya ditanam pada lahan kritis
yang terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi.
Dalam perkembangannya, laju Pertumbuhan Indeks Implisit sektor Kehutanan
Terhadap PDRB Di Kabupaten Banyuwangi terus mengalami fluktuasi tiap
tahunnya, dimana angka tertinggi terdapat pada tahun 2013. Berkurangnya
kewenangan dan peran perangkat daerah sangat berpengaruh terhadap
kinerja sector kehutanan.
E. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh
Banyuwangi merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur, dimana wilayah
ini memiliki potensi yang sangat bagus dalam bidang kepariwisataan.
Pariwisata menjadi salah satu faktor penunjang pembangunan ekonomi di
Kabupaten Banyuwangi, oleh sebab itu pemerintah Kabupaten Banyuwangi
banyak membuat program pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di
sektor kepariwisataan.
Salah satu program pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di
wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah adanya pemetaan wilayah pengembangan
pariwisata (WPP) I, wilayah pengembangan pariwisata (WPP) II dan
wilayah pengembangan pariwisata (WPP) III.
Adanya pembentukan WPP bertujuan untuk membantu pemerintah untuk
menentukan kawasan strategis, sehingga pembangunan di wilayah WPP dapat
lebih di prioritaskan.
Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) I,II dan III biasa disebut dengan
Diamond Triangle, dimana wilayah ini merupakan wilayah dengan jenis
wisata dominan kawasan hutan dan pemandangan alam, sehingga sesuai untuk
kegiatan wisata “adventure” dan menikmati pemandangan alam.
Kawasan Diamond Triangle terdiri dari Kawasan Kawah Ijen, Kawasan
Plengkung dan Kawasan Sukamade. Kawasan WPP 1 yakni Kawah Ijen berada di
Kecamatan Licin 45 Km dari Kabupaten Banyuwangi, Kawah Ijen merupakan
kawah danau terbesar di Pulau Jawa.
Di dalam kawasan Kawah Ijen, terdapat kawah belerang yang terdapat di
dalam sulfutara di kedalaman kira-kira 200 m dan mengandung kira-kira 36
juta kubik air asam beruap.
Ijen dan kawasan ekowisata hinterland terdiri dari Desa Wisata Kemiren,
Perkebunan Kaliklatak, Perkebunan Selogiri dan Perkebunan Kalibendo.
Bagian WPP 2 merupakan Kawasan Plengkung.
Plengkung merupakan wilayah dengan objek wisata yang sebagian besar
terdapat disekitar perairan pantai dan mempunyai aksesbilitas rendah.
Pantai Plengkung terletak di pantai selatan Banyuwangi dan berada di
wilayah Kecamatan Tegaldimo.
Jarak dari Banyuwangi hingga ke Pantai Plengkung sekitar 86 Km.
Plengkung terkenal dengan pantai terbaiknya untuk surfing dan biasa
dikenal dengan G-Land, terutama pada bulan Mei hingga Oktober adalah
bulan terbaik untuk surfing. Plengkung ecowisata hinterland terdiri dari
G-Land, Alas Purwo atau Goa Istana, Padang Savana Sadengan serta Pantai
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuw angi Tahun 2017 | 23 Mangrove Bedhul.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuw angi Tahun 2017 | 23 Mangrove Bedhul.
Wilayah pengembangan pariwisata (WPP) III , merupakan wilayah dengan
objek wisata yang sebagian besar memiliki keunikan sumber daya alam.
Wilayah pantai sukamade merupakan wilayah WPP III, dimana pantai ini
berada di wilayah Kecamatan Pesanggaran berjarak sekitar 97 Km ke arah
barat daya Banyuwangi. Sukamade merupakan hutan lindung alami Jawa
Timur.
Penyu betina biasanya bertelur hingga ratusan butir yang kemudian
diletakan dipinggir pasir pantai. Penyu betina biasanya mulai mendarat
di pantai pada pukul 10.30 WIB dan kembali kelaut pada pukul 24.00 WIB,
ketika bulan November hingga Maret adalah musim penyu bertelur.
Sukamade ecowisata hinterland terdiri dari Pantai Rejegwesi, Teluk
Hijau, Pantai Pancer, Pulau Merah dan Taman Nasional Meru Betiri.
Kabupaten Banyuwangi juga memiliki rencana kawasan strategis yang
tersebar di beberapa daerah di Banyuwangi.
Perencanaan kawasan strategis tersebut meliputi pengembangan kawasan
agropolitan terintegrasi dengan pengembangan agrowisata ijen,
pengembangan kawasan cagar alam hutan lindung taman nasional,
Pengembangan kawasan wilayah pengembangan mineral logam (emas) gunung
tumpangpitu Pesanggaran.
Pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Bangorejo dan Wilayah
Kecamatan sekitarnya, pengembangan kawasan wisata The Triangle Diamond
(segi tiga berlian) Kawah Ijen, Plengkung dan Merubetiri, Pengembangan
Kawasan minapolitan-muncar (industri pengolahan perikanan).
Pengembangan Kawasan bandara Blimbingsari- Rogojampi, Pengembangan
Kawasan Pelabuhan Peti Kemas Tanjungwangi- Ketapang, Pengembangan
Kawasan Industrial Estate di Kec. Wongsorejo.
F. Kawasan Rawan Bencana
Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu daerah dengan potensi bencana yang cukup tinggi. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banyuwangi dipaparkan bahwa potensi bencana gunung berapi menjadi yang paling diwaspadai.
Berikut ini adalah penggambaran mengenai peta mitigasi bencana di Kabupaten Banyuwangi :
Gunung api merupakan salah satu bencana terbesar yang rawan terjadi di
Kabupaten Banyuwangi. Gunung api yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi
adalah gunung ijen. Gunung ini masih aktif dan memiliki sebaran lahar
yang cukup luas.
->Baca Juga Sejarah Banyuwangi
->Baca Juga Sejarah Banyuwangi
8. Demografi
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Kabupaten Banyuwangi
Penduduk Kabupaten Banyuwangi sebagian besar bekerja yang mendominasi
keseluruhan jumlah penduduk yaitu mencapai 871,029 jiwa atau 71,01 %.
Menurut kelompok tingkat pendidikan masih didominasi oleh kelompok
pendidikan tingkat SD/Sederajat yaitu sebesar 586,501atau 35,15% dari
jumlah penduduk. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan berumur
15 tahun keatas yang termasuk angkatan kerja dan pendidikan yang
ditamatkan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2015.
9. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olah raga.
10. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2014 mengalami
pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan yaitu sebesar 5,70 persen
Kemudian pada 2015 naik ke angka 6,01.
Dengan tumbuhnya perekonomian yang semakin bergairah dan
berkesinambungan akan menjadi daya tarik bagi investor untuk menanamkan
sahamnya, khususnya di sektor Pertanian, Perdagangan,
Hotel dan Restoran, demikian juga pada sektor Industri Pengolahan, Bank
dan Lembaga Keuangan, Jasa–jasa, Pengangkutan dan Komunikasi,
Pertambangan dan Penggalian, Bangunan dan Listrik, Gas dan Air Minum
juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Perkembangan perekonomian di Kabupaten Banyuwangi juga dapat ditunjukkan
oleh perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Angka Dasar Harga
Berlaku (PDRB ADHB).
Berdasarkan data PDRB tahun 2011 sampai 2016 di atas terlihat kondisi
perekonomian Kabupaten Banyuwangi meningkat dari tahun 2011 sampai tahun
2015.
Maka diperkirakan stabilitas ekonomi di Kabupaten Banyuwangi dalam tahun
2014 tetap dijaga dan mulai menunjukkan kondisi peningkatan, sehingga
pertumbuhan yang di proyeksikan meningkat pada tahun 2016 menjadi 63,95
Trilyun.
Diharapkan menumbuhkan sektor pariwisata dan sector pengungkit lainnya
seperti UMKM, sehingga ekonomi kerakyatan dapat terwujud.
Peningkatan PDRB di Kabupaten Banyuwangi disebabkan peningkatan konsumsi
masyarakat, tumbuhnya sector UMKM, belanja pemerintah, investasi, dan
perdagangan antar daerah.
11. Inflasi
Kondisi perekonomian yang baik, idealnya adalah apabila angka
pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding dengan perkembangan harga
atau besaran PDRB ADHK berada di atas PDRB ADHB.
Secara makro potensi ekonomi di Kabupaten Banyuwangi masih dalam tahap berkembang sebagaimana yang terjadi pada hampir seluruh daerah di Provinsi Jawa Timur.
Secara makro potensi ekonomi di Kabupaten Banyuwangi masih dalam tahap berkembang sebagaimana yang terjadi pada hampir seluruh daerah di Provinsi Jawa Timur.
Sementara itu, tingkat pendapatan masyarakat dapat ditunjukan oleh PDRB
yang dapat menggambarkan tingkat kemajuan perekonomian pada suatu
daerah.
Tingkat pendapatan perkapita dibandingkan dengan laju inflasi akan menunjukkan seberapa besar kekuatan daya beli masyarakat di Kabupaten Banyuwangi.
Tingkat pendapatan perkapita dibandingkan dengan laju inflasi akan menunjukkan seberapa besar kekuatan daya beli masyarakat di Kabupaten Banyuwangi.
Hal ini bisa dikatakan jika pertumbuhan pendapatan diasumsikan sama
dengan kesejahteraan masyarakat maka gap antara pertumbuhan pendapatan
dengan tingkat inflasi menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat
secara umum.
Berdasarkan angka inflasi Kabupaten Banyuwangi masih tergolong baik
dibandingkan dengan beberapa daerah lainnya. Pada tahun 2016, laju
inflasi masih mengikuti trend sepanjang tahun 2015.
Selain itu, Pemerintah juga menyadari bahwa masih terdapat risiko tekanan inflasi yang berasal dari gejolak nilai tukar rupiah.
Namun demikian, beberapa kebijakan pemerintah seperti upaya peningkatan
ketahanan dan pasokan pangan, perbaikan infrastruktur dan jalur
distribusi barang, serta koordinasi dan upaya menggerakkan sektor riil
yang semakin baik diyakini mampu meredam tekanan inflasi yang terjadi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
adalah variabel yang mencerminkan tingkat pencapaian kesejahteraan
penduduk sebagai akibat dari perluasan akses layanan dasar di bidang
pendidikan dan kesehatan.
Hal ini menunjukkan tingkat keberhasilan Pemerintah Kabupaten dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduknya. IPM tersusun dari 3 (tiga) jenis
indeks utama yaitu Angka Harapan Hidup, indeks pendidikan dan indeks
paritas daya beli.
Dari berbagai indikator makro ekonomi dan sosial yang kerap digunakan
sebagai alat ukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan di suatu
daerah, implementasinya terkadang bisa menimbulkan penafsiran yang
beragam.
Hal ini bisa terjadi karena secara komprehensif keberhasilan pembangunan
itu tidaklah cukup untuk bisa diukur dengan menggunakan berbagai
indikator makro ekonomi dan sosial saja.
Dengan demikian untuk menentukan keberhasilan pembangunan di suatu
daerah haruslah menggunakan indikator yang secara resmi sudah digunakan
oleh badan dunia, yaitu The United Nations Development Programme (UNDP).
Program pembangunan yang meliputi bidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat merupakan program utama yang masuk ke dalam misi pembangunan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Program pembangunan yang meliputi bidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat merupakan program utama yang masuk ke dalam misi pembangunan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Disebutkan bahwa kesejahteraan masyarakat yang ditandai meningkatnya
kualitas sumberdaya manusia, terciptanya lapangan kerja dan kesempatan
berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal dan kebutuhan dasar
lainnya secara layak, serta meningkatnya pendapatan dan daya beli
masyarakat harus bisa diwujudkan.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dihitung secara komposit berdasarkan
tiga indeks yang terdiri dari indeks pendidikan, kesehatan dan daya
beli.
Trend angka IPM Kabupaten Banyuwangi dari tahun 2010 hingga 2015
menunjukkan peningkatan. Dalam pengertian ini bahwa pembangunan manusia
yang di lakukan pemerintah Kabupaten Banyuwangi secara berkelanjutan
membuahkan hasil, demikian pula trend angka IPM Provinsi Jawa Timur.
Apabila dibandingkan, maka pembangunan manusia di Kabupaten Banyuwangi
lebih rendah dengan indek pembangunan manusia di Provinsi Jawa Timur.
Walaupun pembangunan manusia di Kabupaten Banyuwangi pada Tahun 2012 masih relatif tertinggal apabila di komparasi dengan pembangunan kota/kabupaten di Provinsi Jawa Timur, tetapi Nilai indikator shortfall Reduction IPM dari Tahun 2010 hingga 2012 menunjukkan angka sebesar 1,58.
Walaupun pembangunan manusia di Kabupaten Banyuwangi pada Tahun 2012 masih relatif tertinggal apabila di komparasi dengan pembangunan kota/kabupaten di Provinsi Jawa Timur, tetapi Nilai indikator shortfall Reduction IPM dari Tahun 2010 hingga 2012 menunjukkan angka sebesar 1,58.
Angka ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia yang dilakukan di
Kabupaten Banyuwangi relatif cepat, walaupun kalah cepat dibandingkan
pembangunan manusia di Provinsi Jawa Timur. Tetapi kedepannya IPM
Kabupaten Banyuwangi akan terus meningkat sesuai dengan trend.
12. Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan disetiap
tahunnya. Dari gambar dibawah dijelaskan secara runtut bahwa di tahun
2011 pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi sebesar 17,12 juta.
Trend ini membaik pada saat di tahun 2012 pendapatan perkapita
Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan hingga ke angka 19,87 juta.
Ditahun 2013 pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi meningkat di
angka 22,52 juta/tahun.
Pendapatan perkapita di Tahun 2014 menunjukkan hasil signifikan yaitu
sebesar 25,50 Juta/tahun. Hingga diproyeksikan pada 2015 pendapatan
perkapita akan meningktat yaitu sebesar 28.3 Juta/tahun.
13. Kemiskinan
Kemiskinan untuk beberapa daerah dan lingkup pemerintah menjadi sebuah
momok yang memiliki pandangan negatif dalam pencapaian pembangunan
daerah.
Kemiskinan menjadi beban sekaligus tanggung jawab yang harus diemban
oleh segenap pemerintah daerah di Indonesia beserta semua aspek yang
mempengaruhinya.
Ditahun 2011 tingkat kemiskinan yang ada di Kabupaten Banyuwangi
sejumlah 10,48% penduduk. Kemudian di tahun 2012 angka kemiskinan di
Kabupaten Banyuwangi berhenti di angka 9,94% penduduk. dan kembali turun
diangka 9,57% ditahun 2013.
Kemudian diproyeksikan pada 2015 bahwa prosentase penduduk miskin
menurun yaitu pada angka 9%.
Hal ini merupakan hal yang positif mengingat aspek penentu angka kemiskinan sangatlah kompleks diantaranya adalah prosentase penduduk diatas garis kemiskinan, persentase rumah tangga yang menggunakan listrik, persentase rumah tangga (RT) yang menggunakan air bersih dan pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita
Hal ini merupakan hal yang positif mengingat aspek penentu angka kemiskinan sangatlah kompleks diantaranya adalah prosentase penduduk diatas garis kemiskinan, persentase rumah tangga yang menggunakan listrik, persentase rumah tangga (RT) yang menggunakan air bersih dan pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita
14. Aspek Pelayanan Umum
Aspek pelayanan umum merupakan pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam rangka melayani masyarakat umum.
Pelayanan tersebut terbagi menjadi urusan wajib dan urusan pilihan. Aspek pelayanan umum juga menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Dalam aspek pelayanan umum, secara lebih detail akan dijabarkan dalam
fokus layanan urusan wajib dan layanan urusan pilihan.
Namun, pada dasarnya pelayanan umum merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Namun, pada dasarnya pelayanan umum merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sumber Refrensi dan Informasi terpercaya Banyuwangikab.go.id