Wednesday 28 March 2018

Perawat Banyuwangi Komitmen Ikut Turunkan Kasus TB Paru

BANYUWANGI –  Untuk mendukung program pemerintah daerah menurunkan angka kesakitan dan kematian kasus Tubercolosis (TB) Paru di Banyuwangi, Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menggelar seminar TB Paru. Di seminar ini memberikan informasi tentang cara penangan dan penurunan TB Paru.

Seminar ini diikuti 300 perawat dan digelar di Gedung Sekretariat Terpadu Dewan Pengurus Daerah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPD PPNI) Banyuwangi,Rabu (28/3) dengan,menghadirkan dr Ririek Parwisari Sp.P. dari RSUD Blambangan. Dokter spesialis paru ini secara detail mengedukasi para perawat cara mendeteksi suspect TB Paru.
Perawat Banyuwangi Komitmen Ikut Turunkan Kasus TB Paru

Seminar dibuka Wakil Bupati Banyuwangi, Yusuf Widyatmoko. Dalam kesempatan ini Wabup Yusuf mengapresiasi apa yang dilakukan oleh PPNI. Bagi kami perawat ini  ujung tombak setiap penangangan warga yang sakit. “Mereka selalu menjadi garda terdepan dalam menangani masalah pemyakit di masyarakat. Mereka juga yang paling rentan terhadap tertularnya penyakit. Pemerintah akan selalu berterima kasih dan mendukung apa yang diperlukan perawat selama melaksanakan tugasnya,” kata Wabup.

Ditambahkan Wabup, perawat ini juga telah banyak mengajarkan kita semua tentang arti pengabdian kepada masyarakat. “Mudah-mudahan dengan mengikuti seminar ini, mereka akan bisa bersinergi dengan baik untuk meningkatkan derajat kesehatan di Banyuwangi,”ujar Wabup.

Sementara itu, Ketua DPD PPNI Banyuwangi, Dr Siswmulyanto S.Kep Ns, menambahkan seminar yang diikuti oleh perawat dari puskesmas dan rumah sakit serta perawat praktek mandiri ini sebagai bentuk dukungan organisasi profesi terhadap programnya pemerintah.

“Di seminar ini perawat mendapat pengetahuan bagiamana cara menurunkan cakupan angka kematian dan kesakitan susfect TB Paru di masyarakat. Diantaranya, melakukan deteksi dini terhadap masyarakat yang dicurigai suspect TB baru yang disampaikan nara sumber,” kata dia.

Disini kata Sis, perawat juga diajarkan mekanisme pelayanannya. “Selaku ujung tombak dalam layanan kesehatan, perawat bisa melakukan pemeriksaan dini jika ada ada pasien yang memiliki indikasi TB. Misalnya keluhan batuk tak sembuh-sembuh selama dua Minggu dengan suhu badan panas terus menerus. Jika diketahui seperti ini perawat memiliki kewajiban merujuk pasien untuk berobat,” kata Sis. 

Di seminar ini lanjut Sis, pihaknya juga menghadirkan aparat keamanan yang siap diajak bersinergi dalam melaksanakan tugas. Misalnya, jika ditemukan ada penderita TB yang tidak mau berobat, pihak keamanan bisa bekerja sama untuk memberi pendekatan secara persuasif kepada masyarakat agar mau berobat.

Di Banyuwangi sendiri menurut Kepala Dinas dr Widji Lestariono, kasus TB Paru di Banyuwangi cukup tinggi. Dari tahun ke tahun penderitanya mengalami peningkatan yang signifikan. Tahun 2016 lalu, penderita TP Baru ada ada 1.886 orang Tahun 2017 penderita TB Paru ada 2.169 orang. Namun, seluruh jumlah kasus TB paru di Banyuwangi ini bisa ditangani 100 persen alias penderita sembuh.

“Dengan adanya seminar ini yang menghubungkan lintas sektoral dengan organosasi PPNI harapan kita kasus TB di Banyuwangi bisa dideteksi secara dini dan diobati secara masiv,” kata dr Rio.

Selama ini imbuh dr Rio, penanganan kasus TB telah dilakukannya secara serius oelh pemerintah sehingga hasilnya cukup tinggi. Salah satunya menggandeng organisasi masyarakat untuk mencari dan melaporkan masyarakat yang diduga suspect Tb Paru. “Hasil memang tinggi. 

Tapi itu bukan berarti jelek, justru pemerintah telah bekerja maksimal. Meksi tinggi semua bisa tertangani. Bahkan salah satu wilayah, yakni Kecamatan Songgon yang sudah zero Tb Paru. Ini akan kita tularkan ke seluruh wilayah hingga Banyuwangi benar-benar terbebas dari TB Paru,” pungkasnya.

Admin

About Admin

Semoga dengan adanya Blog Banyuwangi Seru ini bisa memberikan sedikit manfaat kepada masyarakat Luas dan Banyuwangi Khususnya.

Subscribe to this Blog via Email :